Pakaian Sesungguhnya

Untuk menunjang kesempurnaan hidupnya, manusia memerlukan pakaian. Pakaian, selain berfungsi untuk melindungi diri, juga berfungsi sebagai penutup aurat dan mempercantik diri.
Firman Allah SWT, ”Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.” (Q. S. 7: 26).
Dalam kehidupan sehari-hari, pakaian, kata seorang ulama kontemporer Ali Syari’ati, dapat melambangkan status, preferensi, dan bahkan perbedaan kelas.

Banyak orang menyandang pakaian tertentu sekadar untuk menunjukkan kelasnya. Jadi, pakaian dapat menyebabkan adanya ‘diskriminasi’ di antara umat.


Namun, dalam Alquran term pakaian , tidak hanya mengandung pengertian fisik, seperti disebut di atas, tetapi juga bisa bermakna spiritual.
Menurut pakar tafsir al-Raghib al-Ashafahani dalam Kitab al-Mufradat fi Gharib Alquran, kata pakaian dapat bermakna segala sesuatu yang dapat menutupi diri kita dari berbagai keburukan.
Karena itu, suami atau istri yang diharapkan dapat saling melindungi dan menutupi keburukan dan kekurangan masing-masing, disebut oleh Allah sebagai ‘pakaian’.
”Mereka (istri-istri) itu adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka.” (Q. S. 2: 187).


Ini berarti, pakaian kita yang sesungguhnya adalah iman, amal saleh, dan kesucian moralitas; dan pakaian inilah yang disebut ‘pakaian takwa’. Tuhan menyebut pakaian takwa ini sebagai pakaian yang paling baik (Q. S. 6: 187).
Pakaian takwa, menurut ahli tafsir Abdullah Yusuf Ali, mengejawantah dalam sikap mental dan perilaku, berupa pemihakan kita kepada kebenaran yang, karenanya, dapat menutupi diri kita dari berbagai keburukan dan dosa-dosa, serta menghiasi diri dengan berbagai keutamaan dan kebajikan.
Pakaian takwa, dengan sendirinya membuat pemakainya tampak selalu anggun. Sebagai kata Ibn ‘Adi, ”Jikalau orang terlepas dari noda dan dosa, maka pakaian apa pun yang disandang, akan tampak indah dan cantik selalu.”
Salam.

0 comments:

Posting Komentar

pengunjung