Revitalisasi Kereta Api

Revitalisasi Kereta  Api


Lintas kereta Tegal-PekalonganDengan jumlah penduduk 237,6 juta jiwa (Sensus 2010), kereta api (KA) seharusnya menjadi alat transportasi massa unggulan di Indonesia. Untuk itu, perlu diprioritaskan (urgen) merevitalisasi perkeretaapian Indonesia. Selain melakukan optimalisasi dan menghidupkan lintas mati juga membangun lintas baru, terutama terowongan bawah laut Selat Sunda dan Bali yang menghubungkan Sumatera-Jawa dan Bali.
Skala prioritas pembangunan infrastruktur perkeretaapian itu dikemukakan secara terpisah oleh Syaykh Al-Zaytun Abdussalam Panji Gumilang (20/1), Menteri Perhubungan Freddy Numberi, mantan Dirjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Soemino Eko Saputro dan Dirjen Perkeretaapian Tunjung Inderawan kepada Berita Indonesia. Mereka sependapat bahwa kereta api merupakan moda transportasi massa (penumpang dan barang) yang memiliki multi keunggulan, hemat lahan, hemat energi, dan rendah polusi.
Terutama bagi Indonesia yang memiliki wilayah yang luas dan jumlah penduduk yang banyak. Hasil Sensus Penduduk 2010 menunjukkan jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa. Dalam 10 tahun terakhir terjadi ‘ledakan pertambahan’ penduduk sebesar 32,5 juta jiwa dengan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen. Pertambahan ini lebih banyak dari penduduk Malaysia. Jika pertumbuhan penduduk tetap 1,49 persen, pada tahun 2045 penduduk Indonesia 450 juta jiwa. Saat itu jumlah penduduk dunia diproyeksikan 9 miliar jiwa. Berarti, satu dari 20 penduduk dunia orang Indonesia.

Fakta Dibalik Kisruhnya Konser Justin Bieber

Fakta Dibalik Kisruhnya Konser Justin Bieber

ADA APA DI balik hebohnya konser Justin Bieber di Jakarta yang rencananya akan digagas 23 April 2011 mendatang di Sentul Convention Center [SCC]? Setelah rentetan kritik pedas yang dilontarkan khalayak ketika MaryGops Studio menggelar pre-sale di Plaza EX yang dianggap kurang professional, kemudian isu batal dan belum konfirmasinya JB konser di Jakarta, akhirnya semua pertanyaan itu terjawab. Dalam jumpa pers di X2 Jakarta, Selasa [8/3/2011], terbentang lima perusahaan yang kini terpampang sebagai “pendatang” JB. Ada apa nih?

“Intinya tidak masalah. Kalau kita bisa lakukan bersama, bukannya semua jadi lebih ringan,” ujar Dino, dari Berlian Entertainment. Oh ya, lima perusahaan yang bergabung adalah Marygops Studios itu kini mendapat rekan yaitu ASD (Asia Sport Development), Berlian Entertainment, Multivision Plus dan Mahkota.  
Mereka membantah kalau persoalan keuangan adalah alasan lima perusahaan ini bergabung dan membuat konser bersama. “Tuntutan dari manajemen JB memang tidak mudah, tapi dengan bergabungnya kamu, tentu akan lebih memudahkan,” jelas Ram Punjabi –bos Multivision. 

Bandung Masuk 5 Besar Dunia Komunitas Musik Underground

Bandung Masuk 5 Besar Dunia Komunitas Musik Underground



Grup musik beraliran underground,
Beside, yang menggelar konser launching albumnya Sabtu lalu (9/2/2008) di AACC, merupakan satu dari sekitar 200 grup musik underground di Kota bandung. Besarnya jumlah itu menjadikan Bandung masuk jajaran lima besar komunitas underground terbesar dalam skala internasional setelah Amerika, Jerman, Inggris dan Belanda. Demikian disampaikan pengamat musik underground, Reggi Kayong Munggaran, saat dihubungi detikbandung, Senin (11/2/2008). "Berdasarkan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan orang luar negeri tentang subkultur di Bandung. Ternyata Bandung memiliki animo yang cukup besar terhadap musik underground, hingga menempati posisi ke lima komunitas terbesar undrground di dunia," tutur Reggi.

Tingkat Pencemaran Udara Di Indonesia

Tingkat pencemaran udara di Indonesia semakin memprihatinkan. Bahkan salah satu studi melaporkan bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat polusi udara tertinggi ketiga di dunia. World Bank juga menempatkan Jakarta menjadi salah satu kota dengan kadar polutan/partikulat tertinggi setelah Beijing, New Delhi dan Mexico City. Rekor yang semakin memiriskan saya.
Di Indonesia sendiri, sebagaimana data yang dipaparkan oleh Pengkajian Ozon dan Polusi Udara Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Jawa Barat menduduki peringkat polusi udara tertinggi di Indonesia.

Pakaian Sesungguhnya

Untuk menunjang kesempurnaan hidupnya, manusia memerlukan pakaian. Pakaian, selain berfungsi untuk melindungi diri, juga berfungsi sebagai penutup aurat dan mempercantik diri.
Firman Allah SWT, ”Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan.” (Q. S. 7: 26).
Dalam kehidupan sehari-hari, pakaian, kata seorang ulama kontemporer Ali Syari’ati, dapat melambangkan status, preferensi, dan bahkan perbedaan kelas.

Banyak orang menyandang pakaian tertentu sekadar untuk menunjukkan kelasnya. Jadi, pakaian dapat menyebabkan adanya ‘diskriminasi’ di antara umat.

Skrip Lebih Rendah Dari (Compiled) Program?

Saya baru sadar. Banyak orang yang menganggap bahwa skrip (script) – seperti perl script – itu lebih rendah dari program yang dibuat dalam bahasa Java, misalnya. Bagi mereka, program itu harus kompleks dan panjang.
Sebagai contoh, untuk melakukan sesuatu (search and replace dari teks) bisa dilakukan satu baris di dalam bahasa Perl. Sementara itu untuk melakukan hal yang sama dengan menggunakan bahasa C dibutuhkan berbaris-baris kode dan mungkin juga harus menggunakan library khusus. Maka kebanyakan orang akan menganggap rendah program yang ditulis dengan satu baris itu. Program harus terlihat kompleks dan panjang.

Kiamat Memang Sudah Dekat

Kiamat Memang Sudah Dekat
(Published - WWF Indonesia Website www.akusayang.com)

Kiamat bagi sebagian orang adalah peristiwa magis cenderung komikal, melibatkan naga berkepala tujuh atau jembatan dari rambut dibelah tujuh. Peristiwa ini merupakan intervensi pihak eksternal, yakni Tuhan, yang akan datang menghakimi manusia di hari yang tak terduga.

Lalu, jika tiba peristiwa alam yang meluluhlantakkan sebagian besar Bumi sebelah utara, melenyapkan sebagian besar Eropa, menihilkan kehidupan di Rusia, menyusutkan populasi AS hingga separuh, merusak berat Australia, Jepang, dan menenggelamkan pesisir pantai dunia hingga 6 meter, menciutkan populasi Bumi sekurangnya dua puluh persen, lalu membiarkan sisanya dicengkeram iklim ekstrem dan kekacauan global, akankah ini cukup untuk sebuah definisi hari kiamat?

Pacarku Ada Lima

Pacarku Ada Lima


Merayap pelan di Jalan Katamso saat jam bubar sekolah merupakan pelatihan observasi yang baik. Seolah mengamati dunia dalam mikroskop, kecepatan lambat memungkinkan kita menangkap dengan detail jalanan yang berlubang, trotoar yang hancur, angkot yang mengulur waktu untuk menelan penumpang sebanyak-banyaknya, pedagang kaki lima yang bersesak memepet jalan aspal, dan manusia… lautan manusia.

Di balik kerumunan atap rumah, menyembul matahari yang membola sempurna. Oranye. Mata saya seketika melengak ke atas, sejenak meninggalkan pemandangan Jalan Katamso yang menguji kesabaran mental. Langit berwarna-warni khas senja. Campur aduk antara kelabu, biru, ungu, merah jambu, jingga. Seketika saya bersua dengan sebuah rasa tak bernama. Kemurnian, barangkali deskripsi paling mendekati.

Banyak hal yang membuat kita jatuh cinta pada hidup. Berkali-kali. Tak akan terukur dan tertakar akal mengapa kita jutaan kali mati dan lahir, seolah tak berakhir. Sesuatu dalam mortalitas ini mengundang kita untuk kembali, dan kembali lagi. Sesuatu dalam dunia materi, jasad, partikel, mengundang jiwa kita menjemput tubuh untuk ditumpangi dan kembali mengalami.

Endang Berenang Lagi

Endang Berenang Lagi


Nama penyu itu Endang. Saya beri nama demikian karena saya belum sempat tahu Endang itu jantan atau betina, dan nama “Endang” cukup fleksibel mewakili keduanya. Endang dengan “e” taling untuk perempuan, dan Endang versi “e” pepet untuk laki-laki.

Pertemuan saya dengan Endang terjadi tanpa rencana. Saat saya ke Menado tanggal 13 Juni lalu untuk talk show bersama seorang bhikku perempuan Ayya Santini, saya diberi tahu bahwa panitia ingin mengadakan fang shen sesudah makan siang, dan saya diajak ikut. Biasanya saya lebih memilih beristirahat, apalagi perjalanan ke Menado ini dimulai sejak subuh tadi berhubung naik pesawat paling pagi. Tapi saya belum pernah ikut fang shen sebelumnya, dan saya memutuskan ikut demi pengalaman baru.

Fang shen adalah salah satu puja bakti dalam tradisi Buddhis, yakni melepaskan makhluk hidup kembali ke alam bebas. Mereka yang ingin melakukan fang shen dapat membeli ikan, atau burung, atau apa saja, yang barangkali sudah di penghujung maut karena akan dijagal, lalu melepaskan mereka kembali ke habitatnya. Fang shen dipercaya dapat membuahkan umur panjang, kebahagiaan, dan seterusnya.

Terlepas dari umur saya bertambah atau tidak, saya merasa fang shen adalah tradisi yang luar biasa. Burung yang memiliki angkasa tak berbatas sebagai rumahnya mendadak disekap dalam kurungan, hanya karena kita ingin menjamin kicauan merdunya terdengar oleh kuping setiap hari, tak peduli kicauan itu ungkapan kebahagiaan atau frustrasi. Ikan yang memiliki aliran air luas sebagai rumahnya mendadak harus mengitari kurungan kaca, hanya karena kita ingin menikmati keindahan wujudnya. Belum lagi ikan lele yang kemungkinan besar dihantam di kepala lalu berakhir di penggorengan. Melalui fang shen, kita mengembangkan kasih sayang dan rasa hormat bagi semua makhluk. Keluar dari kerangka pikir manusia pemangsa, lalu dengan sadar mengembalikan hak hidup makhluk-makhluk yang selama ini kita sekap dan kita jagal.

Menyibak Aku Melalui Kamu

Menyibak Aku Melalui Kamu


Lebih dari setahun yang lalu, saya pernah membuat sebuah tulisan berjudul “Brunch and Lunch With God” di blog ini. Di sana, saya menggunakan personifikasi Lucky Luke, tokoh komik berprofesi koboi pengelana, yang tak pernah menetap di satu tempat, dan tak mengikatkan diri pada apa pun. Dalam penelusuran spiritual, seringkali (jika tidak selalu) saya merasa seperti Lucky Luke, Sang Lonesome Cowboy, berkuda sendirian menghadap matahari terbenam.

Ketika akhirnya memutuskan ikut retreat Enlightenment Intensive yang diadakan di Ubud tanggal 3-5 Agustus 2007, saya pun melenggang seperti seorang Lucky Luke, sendirian dan tanpa pengharapan. Dalam tiga hari ke depan, 16 peserta akan menjalankan satu metode bernama Dyad (berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘dua’). Fasilitator kami, Jack Wexler (Zyoah), sudah berpuluh tahun menjalankan metode ini, dan bahkan mengembangkannya ke berbagai format. Metode yang pertama kali digagas oleh seorang spiritualis bernama Charles Berner ini pada dasarnya adalah kontemplasi mendalam terhadap koan Zen yang didesain sedemikian rupa agar jerat logika pikiran dapat tertransendensi. Bedanya, jika seseorang lazimnya memecahkan koan Zen dengan bermeditasi diam berhari-hari, dalam Dyad koan tersebut digarap oleh dua orang sekaligus dalam bentuk mendengar dan mengungkap.

Pertempuran Tiga Perut

Pertempuran Tiga Perut


Belum lama ini, kita resmi memasuki krisis global baru. Krisis pangan dan energi. Meminjam istilah teman saya, Chindy, sekarang ini sedang terjadi persaingan antara tiga macam “perut”: perut manusia, perut ternak, dan perut mobil.

Mari kita bahas dulu mengenai perut mobil. Selayak kodratnya sebagai energi yang tak bisa diperbarui, cadangan minyak dunia kian menipis. Belum lagi dengan tudingan konspirasi ekonomi di balik itu semua. Berbagai macam teori dilontarkan untuk menjelaskan kenaikan harga minyak. Situasi ini lantas memunculkan primadona baru, yakni biofuel. Permintaan dan popularitas biofuel meningkat drastis akibat kepanikan dunia akan menipisnya bahan bakar fosil. Biofuel pun dipandang sebagai substitusi yang lebih ramah lingkungan. Benarkah demikian?

Bumi Kita Butuh Langkah Cepat

Bumi Kita Butuh Langkah Cepat,
Please Go Veggie!
by: Chindy Tan



Alarm tanda bahaya dampak pemanasan global berbunyi semakin nyaring. Pola pencairan es di Arktika merupakan salah satu indikatornya. Perubahan demi perubahan melaju dalam hitungan bulan. Tanggal 18 Maret 2008, Jay Zwally, ahli iklim NASA, memprediksi es di Arktika hampir semua akan mencair pada akhir musim panas 2012. Hanya dalam waktu dua bulan prediksi itu bergeser. Tanggal 1 Mei 2008 lalu, prediksi terbaru dilansir NASA: mencairnya semua es di Arktika bisa terjadi di akhir tahun 2008 ini. Sederet tanda-tanda bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es di Arktika pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari empat tahun sebelumnya. Es di Greenland yang telah mencair mencapai 19 juta ton. Fenomena terbaru lainnya, pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di Antartika yang berusia 1500 tahun pecah dan runtuh seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya atau sepertiga luas Jakarta).

Efek domino apa yang membayang bila es di Arktika mencair semua? Mencairnya es di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri. Bila es di Arktika mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap 95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400 miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah gas metana di atmosfer. Gas metana dapat terlepas akibat mencairnya bekuan gas metana yang stabil pada suhu di bawah dua derajat celcius. Seperti diketahui, gas metana memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari gas CO2. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana kepunahan massal yang pernah terjadi pada 55 juta tahun yang lalu dikenal dengan masa PETM (Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yang terlepas ke atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan kepunahan massal. Bukti geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal. Kematian massal terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.

Daging Makanan Bergizi Kelas Satu

Daging Makanan Bergizi Kelas Satu,
Benarkah?

By: Chindy Tan



”Bukankah daging tetap dibutuhkan tubuh untuk kesehatan?” Demikianlah kepercayaan yang sangat mengakar hingga detik ini, yakni daging sebagai sumber protein kelas satu, sumber kalsium, sumber lemak, sumber vitamin B12 dan sumber zat besi.

Salah satu akar kepercayaan ini bersumber dari sebuah studi antara tahun 1929-1950 dengan menggunakan asam amino yang dimurnikan (padahal makanan yang kita makan bukanlah asam amino yang dimurnikan). Kemudian, penelitian lanjutnya dilakukan pada tikus, yang ternyata tingkat kebutuhan proteinnya paling tinggi dari semua mamalia. Sebagai patokan, jumlah kalori protein yang terkandung dalam air susu tikus adalah 49%, sedangkan pada manusia jumlah kalori protein yang terdapat pada ASI hanyalah 5%.

Fahd In My Eyes

Fahd In My Eyes

Amplop cokelat berisi sebuah buku tiba di rumah saya. Walaupun judulnya berbahasa Inggris, isi dan penulisnya asli Indonesia: “A Cat In My Eyes” oleh Fahd Djibran, terbitan Gagas Media. Sebuah racikan baru dari buku lama Fahd berjudul “Kucing” yang pernah saya baca bertahun-tahun yang lalu. Saat itu Fahd masih SMA, di kota Garut. Saat itu saya masih tinggal di Bandung, baru saja menerbitkan “Supernova: Petir”.

Desainer sampul buku-buku saya, Fahmi, adalah orang yang berjasa memperkenalkan karya Fahd. Begitu selesai membaca, saya langsung memesan sepuluh eksemplar “Kucing” untuk dibagi-bagikan ke teman-teman penulis di Jakarta. Saya begitu terpukau. Terpana. Bersemangat menyala-nyala. Rasanya seperti pendulang yang menemukan sebongkah batu mulia dalam tumpukan batu kali. Seorang remaja belasan tahun bisa memiliki kemampuan merangkai kata selugas dan secerdas itu, memiliki kepekaan bahasa di atas rata-rata, dan terlebih lagi, pada usianya yang begitu belia, Fahd sudah menunjukkan kehausannya yang mendalam pada makna hidup, cinta, dan Tuhan. Buku Fahd adalah temuan langka. Satu di antara sejuta.

Menyantap “Mini M&M” Setiap Rabu

Menyantap “Mini M&M”
Setiap Rabu



Sejak kecil, saya punya masalah dengan rutinitas. Semasa bersekolah, saya sering bertanya-tanya sendiri: kenapa saya harus berada di tempat yang sama, pada waktu yang sama, dan pada hari-hari yang sama, terus menerus? Akibatnya, saya sering membuat “variasi” sendiri, misalnya dengan bolos, mabal, datang terlambat (didukung lagi oleh penyakit malas bangun pagi yang kronis). Itulah salah satu alasan utama saya memilih profesi yang saya jalankan sekarang. Profesi dalam bidang seni memang cenderung berskema lebih chaotic, dengan pola waktu dan aktivitas yang berubah-ubah. Meski kadang bermusik dan menulis pun butuh rutinitas, tapi biasanya tidak berlangsung dalam waktu lama.

Namun, sekarang ada satu rutinitas baru yang tengah saya jalankan. Tentunya ini jadi fenomena langka. Sepanjang ingatan saya, tidak banyak rutinitas yang saya pilih melalui inisiatif sendiri, lebih banyak karena terpaksa (mis. sekolah). Rutinitas baru ini tak punya judul resmi. Berlangsung setiap hari Rabu selama dua jam di Citrus Café, Jakarta Selatan. Ada yang menyebutnya Arisan Rabu Hening, ada juga yang menamainya Meditasi Rabu, atau, dengan konotasi bercanda, Sekte Rabu.

Pelajaran Winnie Sang Penyihir

Pelajaran Winnie Sang Penyihir


Sebagaimana ritual kami setiap malam, Keenan minta dibacakan dongeng sebelum tidur. Dan seperti biasanya, saya memberikan kebebasan bagi Keenan untuk memilih buku yang ingin ia baca. Malam itu, ia memilih dongeng serial “Winnie The Witch”—enam buku yang masih licin dan rapi karena belum pernah dibaca. Sebulan yang lalu, bundel dongeng itu dihadiahkan sahabat saya tercinta: Tri (atau ‘Tante Tree’, jika diucapkan oleh Keenan, seperti melafalkan ‘tree’ dalam bahasa Inggris). Tantenya yang satu ini tinggal di Dubai dan pulang ke Indonesia cuma satu-dua kali setahun.

Merindu Dunia Mungil

Merindu Dunia Mungil

Memasuki bulan kedelapan saya pindah ke Jakarta, untuk pertama kalinya saya melakukan kegiatan ini: jalan sore.

Hari yang pas; tidak terik, angin berembus kadang semilir kadang kencang, awan di langit berserak membentuk formasi yang indah di mata. Saya berjalan di setapak khusus pejalan kaki yang disediakan kompleks tempat saya tinggal, yang dibuat sedemikian rupa di tengah taman, pasir, dan gerimbun bambu.

Tiupan angin membuat bambu di sekeliling saya bergesek dan menari. Terdengar suara serangga bersahutan, kawanan burung berkicauan, dan tampak seekor kucing menggeliat di atas rumput. Saya memerhatikan kontur tanah di kiri-kanan yang kadang membukit kadang melembah, rumput yang tumbuh pendek-pendek karena rajin dipotong oleh petugas taman kompleks. Dan saya melihat aliran sungai kecil di sebelah kiri, yang ketika saya ikuti ternyata berujung pada sungai yang lebih besar lagi, yang suaranya mampu menahan kaki saya diam berlama-lama di pinggirannya. Lalu saya masuk ke dalam fasilitas umum di mana saya temukan kolam dangkal berisi ikan beraneka ukuran. Riak air di atas kolam berkilau lembut diterpa matahari senja. Ada sekelompok ilalang yang bergoyang di sudut kolam.

Sepanjang perjalanan kaki sore itu, satu hal yang terus bergaung di kepala: kemana saja saya selama ini? Delapan bulan saya tinggal di kompleks tersebut, kompleks sama yang menyimpan nyanyian bambu, kicauan burung, kor serangga, dan aliran sungai, tapi sore ini saya menemukan semua itu bagai harta karun terpendam.

Seratus Bagiku

Seratus Bagiku


Untuk pertama kalinya saya akan bercerita tentang sejarah “Seratus” dalam hidup saya. Bukan karena cerita itu teramat penting dan besar, tapi justru karena keremehannya yang luar biasa. Dan remehnya itulah yang menarik bagi saya.

Dalam sebuah pembicaraan iseng dengan Reza, dia berceletuk tentang satu jajanan legendaris tahun ’80-an bernama “Es Jolly”. Otak saya langsung berputar dan menggali kenangan tentang Es Jolly. Siapa yang (dulu) tidak kenal Es Jolly? Seperti Oreo di masa sekarang yang terkenal dengan kredo “diputar, dijilat, dan dicelup”-nya, maka Es Jolly pada masa itu terkenal dengan gerakan mematahkan batang es menjadi dua, lalu menyeruput dengan hebohnya sampai pipi kempot.

Ketuhanan Yang Ma[s]a Esa[?]

Ketuhanan Yang Ma[s]a Esa[?]


Keyakinan pada Tuhan yang Esa adalah fondasi mendasar bagi bangsa kita. Saking elementalnya, dicantumkanlah prinsip tersebut sebagai sila pertama dari Pancasila. Buah-buah pengamalan yang ditumbuhkan dari sila tersebut antara lain adalah kerukunan umat beragama, tepa salira, toleransi, serta konsep-konsep cantik lainnya. Dalam percakapan sehari-hari kita dapat ‘membauinya’ pada kalimat-kalimat klasik seperti: “jalannya lain-lain tapi toh tujuannya satu” atau “cuma caranya saja yang beda-beda tapi Tuhannya satu”, dst. Namun, sama seringnya pula kita menemukan aneka kontradiksi yang menemani konsep-konsep cantik dan kalimat-kalimat bijak tadi.

Baru-baru ini saya diberi kesempatan untuk menonton pra-rilis satu film indie berjudul “Cin[T]a”. Sebuah film dengan premis dan tema yang menarik; bercerita tentang Tuhan, cinta, dan perbedaan. Di film itu kita menemui dilema yang banyak dialami orang-orang: hubungan cinta beda agama. Dilema yang akhirnya berujung pada pilihan: pilih pacar atau Tuhan?

Entah berapa banyak sudah hati manusia yang nelangsa akibat dilema klise itu; saat benang kusut itu mulai teraduk: mencintai pacar… tidak mau berpisah… tidak mau mengkhianati Tuhan… tapi kenapa harus ada cinta… bukannya cinta juga diciptakan Tuhan… tapi agama bilang tidak boleh menomorduakan Tuhan… tapi kan, katanya cara saja yang beda-beda tapi Tuhannya satu… dan benang itu terus mengusut. Belum lagi Tuhan jarang berdiri sendiri, Ia membawa institusi agama, orang tua, keluarga besar, adat istiadat, bahkan aturan pemerintah Indonesia yang melarang pernikahan beda agama.

Itu baru persoalan asmara. Ketuhanan Yang Maha Esa pun masih harus menempuh berbagai tantangan ketika bersinggungan dengan isu politik, kekuasaan, uang, dan fanatisme. Seringnya, dalam naungan payung konsep mulia tentang keesaan Tuhan, manusia tetap harus memilih untuk mempertahankan perbedaan. Tak jarang sampai berdarah-darah. Kontradiksi yang sempurna digambarkan oleh sebuah dialog dalam film “Cin[T]a”, ketika salah satu tokoh utamanya berkata: “Tuhan memang satu, tapi tetap saja Tuhanku yang paling benar.”

Nge-blog Perjalanan Panjang Dengan Hati

Nge-blog:
Perjalanan Panjang Dengan Hati

Awal bulan lalu, saya menerima e-mail permohonan endorsement dari Redaktur Gagas Media, Windy Ariestanty, yang kebetulan juga teman baik saya. Gagas berencana akan menerbitkan sebuah buku yang diambil dari blog seorang blogger senior bernama Pak Wicaksono. Di dunia maya, ia lebih dikenal dengan julukan Ndoro Kakung. Setelah membaca beberapa tulisan beliau, tanpa ragu saya mengiyakan, bahkan mengirimkan endorsement saya dalam waktu kurang dari sehari. Rekor tercepat saya dalam mengirimkan endorsement. Bukan karena alasan kejar tayang atau asal-asalan, tapi memang sungguh tak sulit menuliskan kesan bagi tulisan yang memang berkesan.

Dee's Essential List #1

Sudah cukup lama saya terpikir untuk menuliskan daftar ini, tapi baru terwujud sekarang setelah kompilasinya dirasa cukup 'matang'. Matang dalam arti saya punya cukup pengalaman langsung yang sudah teruji waktu. Ini adalah daftar apresiasi saya terhadap produk, produsen, tempat, dan penyedia jasa, yang menurut saya berhasil mewujudkan sesuatu yang spesial dan 'penuh hati'. Setidaknya dalam kehidupan pribadi saya, daftar berikut ini memegang peranan cukup esensial di level sehari-hari.

Catatan penting: saya tidak dibayar maupun berafiliasi secara komersil dengan para produsen/tempat/penyedia jasa/produk yang ada di daftar ini. Ulasan saya murni berdasarkan pengalaman pribadi, dan murni dari hati yang tulus. Semoga bisa jadi informasi yang berguna bagi yang membaca. Dan semoga para penghuni daftar ini tetap bisa mempertahankan kecemerlangannya.

Melajulah Perahu Kertasku...

Melajulah Perahu Kertasku...

Setelah beristirahat selama 11 tahun, setelah ditulis ulang selama 55++ hari, setelah mewujud dalam versi digital selama 1 tahun, kini "Perahu Kertas" telah menuntaskan perjalanannya yang berliku dan hadir ke tangan Anda dalam bentuk kertas dan tinta.

Pada tanggal 29 Agustus 2009, "Perahu Kertas resmi beredar di toko-toko buku, diterbitkan atas kerjasama antara Truedee Books dan Bentang Pustaka.

Luna Bukan Kopaja

Luna Bukan Kopaja


Peluru ditembakkan ke udara. Asbak melayang. Dan sekarang, sebaris sumpah serapah di Twitter.

Relasi media hiburan dengan komoditas tunggalnya—yakni para penghibur, atau yang lebih sering disebut “artis”—adalah hubungan yang berwarna-warni. Kadang-kadang keduanya menempel manis bagai semut yang memeluk gula, tapi kadang-kadang keduanya saling sengit bagai kucing dan anjing.

Dan kini, dalam mangkok besar industri hiburan, kita pun punya apa yang disebut: infotainment—hadir dalam bentuk program teve yang laku ditonton dan diproduksi dengan biaya tak besar. Berbeda dengan sinetron yang menuntut puluhan kru serta puluhan pemain dengan honor yang tak kecil, infotainment melenggang ringan dengan satu-dua kamera, dua-tiga kru, dan segenggam mikrofon yang ditodongkan ke para artis yang tak dibayar* untuk membuka ruang privat kehidupan mereka. Simbiosa? Sudah pasti. Saling membutuhkan? Tidak setiap saat. Saling menguntungkan? Belum tentu.

Merasakan Denyut Pasar Beringharjo

Pasar Beringharjo masih menjadi tujuan utama berbelanja buat mereka yang bertandang ke Yogyakarta. Meski di Jalan Malioboro juga terdapat banyak toko batik dan suvenir, tetapi mereka masih belum dapat menandingi pasar Beringharjo.

Pada akhir pekan, lorong-lorong penjual batik di lantai dasar pasar ini pasti akan penuh sesak. Anda harus siap berdesakan dengan penjaja batik yang menawarkan dagangannya — juga dengan dua arus pengunjung yang berbelanja di lorong-lorong sempit itu.

Bagian depan Pasar Beringharjo. Foto: Tempo/Hariyanto

Di pasar ini, Anda bisa berbelanja mulai dari batik yang sudah jadi (baik dalam bentuk kain, cap maupun tulis). Beragam motif batik seperti Lasem, Madura, Bantul juga tersedia. Bahkan pakaian santai, daster, celana longgar, sampai gaun-gaun dan kemeja batik resmi juga dapat dicari.

Lima Gunung Api Spektakuler yang Wajib Dikunjungi

Gunung Bromo, Indonesia


Untuk aksi vulkanik dan pemandangan yang menakjubkan, Gunung Bromo di Jawa Timur tidak punya lawan sepadan. Gunung setinggi 2329 m di atas permukaan laut ini selalu mengeluarkan asap belerang dan kadang tertutup kabut lebat. Keindahan yang sangat layak untuk diabadikan.


Gunung Bromo adalah gunung “termuda” dari kompleks gunung api Tengger yang luas dan berumur 820 ribu tahun. Dari Gunung Bromo, pengunjung bisa melihat puncak tertinggi di Jawa, yaitu Gunung Semeru, yang aktif mengeluarkan asap dalam jumlah besar tiap 20 menit.

Gunung Bromo memang relatif mudah dicapai (bisa dengan 45 menit berjalan kaki atau menaiki jip dari desa terdekat, Cemoro Lawang). Tapi kondisinya tidak selalu aman. Dua turis meninggal karena terkena ledakan batu pada 2004.

Dari Jerman ke Bukittinggi

Penjajahan Belanda di Indonesia meninggalkan jejaknya di Bukittinggi. Kenang-kenangan itu berupa Jam Gadang yang menjadi ciri khas kota.

Jam ini dibangun pada 1926, sebagai hadiah dari Ratu Belanda kepada sekretaris kota. Hingga kini menara Jam Gadang masih menjadi bangunan tertinggi di Bukittinggi.



Jam Gadang dilengkapi lonceng besar di bagian atasnya. Di lonceng itu tertera pabrik pembuat jam: “Vortmann Relinghausen, I.W Germany”. Vortman adalah nama belakang pembuat jam ini, Benhard Vortmann. Recklinghausen adalah nama kota tempat mesin jam diproduksi di Jerman pada 1892.

Inilah Isi Blog 'A Girl Gay di Damaskus' yang Ternyata Palsu


REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS - Tak seperti posting biasanya yang memotret kaum Muslim Suriah secara 'miring', posting terbaru berisi permintaan maaf. Penulisnya, Tom McMaster, pria Amerika Serikat yang selama ini berperan sebagai Amina Abdallah Araf al Omari, sang pemilik blog. Belakangan, blog ini diketahui palsu.

pengunjung